Dalam tingkatan individu, manusia dipaksa untuk masuk ke dalam fase survival dimana otaknya di-design untuk terus mengecek lingkungan dan menemukan potensi bahaya. Saat menemukannya, otak akan fokus pada hal yang memiliki potensi membahayakan. Contohnya saat kamu menyebrang jalan, kamu akan lebih fokus pada jalan dan ketika ada kendaraan yang melaju ke arahmu, pikiranmu akan terfokus pada kendaraan tersebut. Ketika dalam keadaan bahaya, kesempatan kamu untuk bisa survive naik karena mekanisme itu. Kamu menjadi lebih fokus untuk mencari tahu bagaimana caranya kamu bisa survive.
Begitu pula dengan terjadinya wabah virus Corona saat ini. Orang-orang mulai menemukan potensi bahaya yang bisa terjadi akibat dampak yang diberikan oleh pandemi Covid-19. Tidak hanya masalah kesehatan, pandemi Covid-19 ini juga bisa mempengaruhi sektor lainnya seperti perekonomian sampai dengan pendidikan yang berujung pada kesehatan mental manusia. Mengapa bisa terjadi demikian? Berikut beberapa alasannya.
1. Muncul rasa kesepian

Adanya pandemi Covid-19 ini membuat masyarakat di seluruh dunia, termasuk Indonesia harus mengikuti anjuran pemerintah dan organisasi kesehatan dunia (WHO) untuk melakukan physical distancing dalam rangka mengurangi jumlah resiko penularannya. Akibatnya interaksi sosial pun jadi berkurang banyak, ada yang harus bekerja di rumah dan tinggal sendiri melakukan isolasi mandiri. Dari sini munculah rasa kesepian, terutama bagi mereka yang tidak terbiasa dengan situasi seperti ini dan rasa kesepian ini rentan memicu depresi sehingga bisa mengganggu kesehatan mental manusia.
2. Timbul kekhawatiran akan kesehatan diri & keluarga

Saat Covid-19 menyerang kamu bingung harus fokus pada apa dan hal ini yang menjadi salah satu masalahnya. Sumber bahayanya menjadi tidak jelas. Virus Corona memang kecil dan tidak terlihat, tetapi dia bisa jadi ada dimana saja dan proses penularannya sangat mudah. Selain itu, tidak semua orang yang positif terkena virus Corona bisa menunjukkan gejala, sehingga beberapa diantara mereka yang terjangkit terlihat sehat. Tubuh pun seperti siap-siap merespon tetapi tidak ada yang dapat direspon. Hal ini yang menyebabkan orang-orang menjadi cemas berlebihan karena takut dirinya ataupun anggota keluarganya sudah ada yang terjangkit tanpa disadari.
3. Membuat kondisi sosial ekonomi tidak stabil

Berbagai pertanyaan tentang kapan semuanya akan kembali normal pun muncul. Pengaruh social distancing berakibat pada terhambatnya proses perekonomian global. Banyak toko-toko yang tutup dan orang-orang kehabisan bahan baku. Keadaan ini mungkin sekali bisa membuat orang-orang menjadi stres, bingung dan cemas berlebihan. Akibatnya, kamu bisa jadi merasa terus waspada tanpa sebab yang jelas dengan kecemasan yang terus menggunung yang akhirnya membuat orang-orang merespon dengan panik, contohnya peristiwa panic buying. Banyak ketidakpastian yang kini dihadapi berakibat pada terganggunya kesehatan mental semua orang.
4. Adanya perilaku diskriminatif

Diluar Indonesia sudah cukup banyak laporan atau pemberitaan diskriminasi terhadap warga Asia yang mengalami kekerasan verbal bahkan fisik. Meskipun mereka bukan berasal dari wilayah yang terdampak pandemik, ataupun berkontak langsung dengan orang-orang yang berstatus positif virus Corona. Diskriminasi ini menjadi masalah besar, karena itu bisa membuat seseorang berpikir dua kali atau berkali-kali untuk mencari bantuan medis ketika mereka terjangkit. Ada ketakutan yang muncul jika keluarga atau tentangganya mengetahui hal tersebut. Kondisi ini sangat perlu dihindari, karena bisa membuat penularan virus lebih banyak dan membuat orang-orang jadi tidak terawat.
Itulah beberapa alasan yang menjadi faktor penyebab mengapa pandemi virus Corona bisa begitu mempengaruhi keadaan psikologis seseorang. Semoga pandemi ini cepat berakhir dan keadaan bisa kembali normal.
No Comment! Be the first one.